Ningsih adalah perempuan satu-satunya dari dua bersaudara. Ia berasal dari keluarga berkecukupan. Saat itu Ningsih berumur sepuluh tahun, awal mula ia melihat hal aneh dirumah, yaitu sosok bayangan hitam (perawakan laki-laki) dan bayangan itu bergerak. Sontak membuat Ningsih ketakutan lalu berteriak memanggil kedua orangtuanya. Padahal belum larut malam, baru jam 7. Makin hari makin sering ia melihat keanehan-keanehan dirumahnya. Ia tak lagi mau mencuci piring di dapur, karena ia sering melihat sosok hitam itu di belakang rumah. (Posisi tempat cuci piring ada jendela persis didepannya)
Ningsih dengan polos bercerita pada guru mengajinya tentang apa yang ia lihat. Ia juga semakin takut karena tepat disebelah rumahnya, ada kuburan untuk umum. Sang guru mengaji menasehati agar tidak takut dengan kuburan atau yang berbau dengan hal gaib. Ningsih menjadi sangat penakut. Iya tak ingin tidur malam-malam, jam delapan ia sudah masuk kamar.
Adik Ningsih, bibi Ningsih (adik dari ibunya Ningsih) satu kamar dengannya namun beda ranjang. Suatu hari Ningsih terbangun oleh suara rintihan perempuan yang entah darimana suara itu berasal. Ningsih ketakutan dan menangis, berharap ia bisa kembali tidur, tak mendengar suara itu lagi. Ia tutupi seluruh tubuhnya dengan selimut dan berdoa. Ia terus berdoa.
Esok hari Ningsih tak bercerita pada adiknya, ia tak ingin membuat adiknya takut. Ningsih hanya menerka apakah suara itu berasal dari pohon besar milik tetangga sebelah? Entah .. Ningsih bercerita pada bibi, bibi sama sekali tidak mendengar apa-apa.
Waktu berlalu, malam minggu tiba, jadwal Ningsih belajar kajian agama, namun bukan ditempat dimana ia biasa mengaji. Ini agak jauh dari rumah jadi bibi selalu menemaninya. Ningsih dan bibi berangkat setelah solat magrib, mereka jalan kaki. Bibi Ningsih mengajaknya untuk melewati jalan alternatif agar cepat sampai. Ningsih nurut saja, ternyata mereka melewati kuburan. Sebenarnya kuburan itu sering mereka lewati tapi malam itu menjadi malam yang tak terlupakan bagi Ningsih.
Saat Ningsih mengarahkan pandangannya ke kuburan, naas nya ia melihat salah satu kuburan mengeluarkan asap begitu cepat dan banyak, tepat dari bawah batu nisan. Ia langsung memegang tangan bibi dengan kuat dan berjalan cepat. Bibi kaget melihat Ningsih, wajah Ningsih jadi pucat.
“ Ningsih, pelankan langkahmu, ada apa?”
Setelah melewati kuburan, Ningsih bercerita pada bibinya, anehnya lagi bibi tidak melihat kepulan asap itu. Tak lama bibi membelikan Ningsih air minum diwarung, bibi meminta Ningsih untuk tetap tenang.. Ningsih meminta agar pulang kajian tidak usah melewati kuburan itu lagi.
Kejadian itu membuat Ningsih tak bisa konsentrasi pada kajian, terbayang-bayang bagaimana kepulan asap itu keluar dari kuburan.
Jam sembilan malam, mereka pulang ke rumah. Diperjalanan, Ningsih melanyunkan doa-doa sambil memegang erat tangan bibi.
Orangtua Ningsih menyadari bahwa Ningsih bisa melihat hal gaib. Lantunan Ayat Suci lebih sering dilantunkan dirumah agar tidak mengganggu seisi rumah.
Suatu waktu, Ningsih pergi berlibur kerumah nenek. Ia diantar oleh bibi, hanya mereka berdua yang pergi dan menginap beberapa hari disana. Dibelakang rumah nenek, masih banyak pohon-pohon besar, serta beberapa kuburan Cina. Ningsih bermain bersama saudara sebayanya. Ada salah satu tetangga yang berteriak agar mereka tidak bermain ke kuburan tapi tidak digubris, mereka tetap bermain sepeda, beberapa ada yang berlarian kesana kemari dengan gembira.
Ningsih terjatuh dari sepeda, tepat jatuh didepan salah satu kuburan. Ia ketakutan, bergegas naik sepeda dan pulang ke rumah. Saat ia sedang mengambil gelas untuk minum, terdengar suara ramai dibelakang rumah. Ningsih mendekati kerumunan orang, ia kaget melihat salah satu saudara sebaya nya kesurupan. Entah apa yang terlontar dari mulutnya, ia kesurupan arwah dari orang Cina. Tak ada satupun yang mengerti. Dipanggillah sesepuh didaerah itu untuk mengobati. Ternyata menurut sesepuh, anak yang kesurupan itu buang ludah sembarangan. Setelah didoakan oleh sesepuh, anak itu sadar.
Malam tiba, Ningsih takut untuk tidur dikamar, jadi ia meminta bibi untuk menemaninya tidur didepan tv. Saat tidur, Ningsih setengah sadar, terbangun akan suara tawa K***i. Suara itu begitu kentang terdengar. Ia ingin membuka mata tapi tidak bisa, terasa sangat berat. Setelah mencoba dan mencoba, matanya tertuju pada kain putih yang menggelantung diatas hampir menutupi kepala Ningsih. Ia ketakutan lalu memejamkan mata. Tangan kanannya bergerak meraba keberadaan bibinya. Langsung ia memeluk bibi yang tidur membelakanginya.
Keesokan harinya ia begitu mawas diri, tak ingin sendirian ke kamar mandi ataupun ke dapur. Hal itu membuat bibi tidak nyaman.
Saat Ningsih berumur 13 tahun, orangtua mereka pindah rumah. Sedangkan bibi sudah tidak tinggal bersama mereka lagi, bibi sudah memiliki pasangan hidup.
Ya, kemanapun Ningsih, ia selalu melihat apa yang ada disekitarnya (gaib).. Ningsih tetap mengaji ditempat baru, ia menyesuaikan dengan lingkungan sekitar. Kebetulan rumah Ningsih berjauhan dengan tetangga. Rumahnya berada di tengah-tengah kebun.
To be continue
Orangtua Ningsih menyadari bahwa Ningsih bisa melihat hal gaib. Lantunan Ayat Suci lebih sering dilantunkan dirumah agar tidak mengganggu seisi rumah.
Suatu waktu, Ningsih pergi berlibur kerumah nenek. Ia diantar oleh bibi, hanya mereka berdua yang pergi dan menginap beberapa hari disana. Dibelakang rumah nenek, masih banyak pohon-pohon besar, serta beberapa kuburan Cina. Ningsih bermain bersama saudara sebayanya. Ada salah satu tetangga yang berteriak agar mereka tidak bermain ke kuburan tapi tidak digubris, mereka tetap bermain sepeda, beberapa ada yang berlarian kesana kemari dengan gembira.
Ningsih terjatuh dari sepeda, tepat jatuh didepan salah satu kuburan. Ia ketakutan, bergegas naik sepeda dan pulang ke rumah. Saat ia sedang mengambil gelas untuk minum, terdengar suara ramai dibelakang rumah. Ningsih mendekati kerumunan orang, ia kaget melihat salah satu saudara sebaya nya kesurupan. Entah apa yang terlontar dari mulutnya, ia kesurupan arwah dari orang Cina. Tak ada satupun yang mengerti. Dipanggillah sesepuh didaerah itu untuk mengobati. Ternyata menurut sesepuh, anak yang kesurupan itu buang ludah sembarangan. Setelah didoakan oleh sesepuh, anak itu sadar.
Malam tiba, Ningsih takut untuk tidur dikamar, jadi ia meminta bibi untuk menemaninya tidur didepan tv. Saat tidur, Ningsih setengah sadar, terbangun akan suara tawa K***i. Suara itu begitu kentang terdengar. Ia ingin membuka mata tapi tidak bisa, terasa sangat berat. Setelah mencoba dan mencoba, matanya tertuju pada kain putih yang menggelantung diatas hampir menutupi kepala Ningsih. Ia ketakutan lalu memejamkan mata. Tangan kanannya bergerak meraba keberadaan bibinya. Langsung ia memeluk bibi yang tidur membelakanginya.
Keesokan harinya ia begitu mawas diri, tak ingin sendirian ke kamar mandi ataupun ke dapur. Hal itu membuat bibi tidak nyaman.
Saat Ningsih berumur 13 tahun, orangtua mereka pindah rumah. Sedangkan bibi sudah tidak tinggal bersama mereka lagi, bibi sudah memiliki pasangan hidup.
Ya, kemanapun Ningsih, ia selalu melihat apa yang ada disekitarnya (gaib).. Ningsih tetap mengaji ditempat baru, ia menyesuaikan dengan lingkungan sekitar. Kebetulan rumah Ningsih berjauhan dengan tetangga. Rumahnya berada di tengah-tengah kebun.
To be continue
Comments
Post a Comment